BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Gaya Hidup Hedonis
2.1.1
Pengertian Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup adalah suatau
perpaduan antara ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam
bertindak yang berdasarkn pada norma-norma yang berlaku (Susanto 2001). Lebih
lanjut Susanto mengatakan bahwa gaya hidup adalah cara mengekspresikan diri
agar sesuai dengan cara-cara seperti apa seseorang ingin dipersepsikan sehingga
dapat diterima oleh kelompok sosial tertentu dengan pola-pola perilaku
tertentu.
Sumarwan (2003)
berpendapat bahwa gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana
seseorang itu hidup, menggunakan uang dan memanfaatkan waktu yang dimiliki.
Engel, dkk (1995) juga
mendefinisikan sebagia pola bagaimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu
serta uang. Pendapat ini didukung oleh Assael (dalam Putri, 2009) yang
mengungkap bahwa gaya hidup ditetapkan sebagai cara hidup yang digambarkan dari
bagaimana mereka menggunakan waktu (aktivitas), apa yang mereka tentukan terhadap
lingkungan (minat), dan apa yang mereka pikir tetang mereka dan dunia sekitar
(pendapat).
Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa gaya hidup adalah cara individu mengekspresikan diri
agar sesuai dengan cara-cara seperti apa
seseorang ingin dipersepsikan sehingga dapat diterima oleh kelompok sosial
tertentu dengan pola-pola perilaku tertentu.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menimbulkan
dampak adanya globalisasi informasi, mode, serta menjamurnya berbagai macam
perangkat media massa dan elektronik, seperti televisi, internet dan alat
komunikasi yang mengakibatkan perubahan nilai serta pola atau gaya hidup
masyarakat Indonesia, salah satunya adalah gaya hidup hedonis.
Hedonisme berasal dari bahasa
Yunani, hedone berarti kenikmatan, kegembiraan (Kunto, 1999). Hedonisme
adalah gaya hidup yang menjadikan kenikmatan sebagai tujuan. Aktivitas apapun
yang dilakukan hanya demi mencapai kenikmatan. Menurut Chaplin (2011),
hedonisme merupakan teori psikologis yang menyatakan bahwa individu itu
bertingkah laku sedemikian rupa untuk selalu mencari kesenangan dan mengindari
kesakitan atau penderitaan.
Susianto (1993) mengungkapkan
bahwa orang yang menganut gaya hidup hedonis adalah individu yang mengerahkan
aktivitasnya untuk mencapai kesenangan hidup, sebagian besar perhatiannya
ditujukan pada lingkungan di luar rumah, cenderung memilih-milih teman, ingin
menjadi pusat perhatian, sehingga mereka tidak segan-segan membeli barang
mahal. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga yang sangat mampu dan biasanya
mendapat uang saku dan fasilitas yang serba berkecukupan.
Kassali (1998) mengemukakan
tentang teori hedonis, yaitu kecenderungan konsumen menggunakan produk untuk
berfantasi dan menikmati getaran emosi, memperoleh kesenangan duniawi.
Berdasarkan uraian
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hedonisme adalah perilaku individu yang
mengutamakan kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama dalam hidupnya, dan
biasa dilakukan oleh kalangan yang sangat mampu.
2.1.2 Karakteristik Gaya Hidup Hedonis
Kunto (1999)
mengungkapkan karakteristik individu yang memiliki gaya hidup hedonis adalah
sebagai berikut :
a.
Suka mecari perhatian
b.
Cenderung impulsif
c.
Kurang rasional
d.
Cenderung follower dan
e.
Mudah dipengaruhi.
Susanto
(2001) menambahkan bahwa atribut gaya hidup hedonis ditujukkan dengan lebih senang mengisi waktu
luang di tempat yang santai seperti café. Begitu juga menurut Salam (2000),
orang-orang yang menganut aliran hedonis biasanya boros.
Penganut
hedonisme berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena
banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidupnya. Secara intens
mengikuti perkembangan fashion di majalah mode agar mengetahui
perkembangan mode terkini. Umumnya memiliki penampilan yang modis, dan sangat
memperhatikan penampilan.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik gaya hidup hedonis dapat dilihat
dari berbagai atribut-atribut gaya hidup hedonis seperti suka mencari
perhatian, cenderung impulsif, kurang rasional, cenderung follower, mudah
dipengaruhi, serta santai.
2.2 Perilaku Konsumtif pada
Komunitas Hijabi Madura
2.2.1 Pengertian
Perilaku Konsumtif
Konsumtif biasanya menjelaskan
keinginan untuk memiliki atau mengkonsumsi barang secara berlebihan yang
sebenarnya kurang diperlukan atau bukan menjadi kebutuhan pokok, sehingga
konsumtif cenderung mengarah pada perilaku boros yang lebih mendahulukan
keinginan daripada kebutuhan.
Menurut Tambunan (2001),
perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan semata.
Fromm (1995) menambahkan bahwa perilaku konsumtif adalah
perilaku membeli yang berlebihan sebagai usaha untuk memperoleh kesenangan atau
kebahagiaan, meskipun hanya bersifat semu.
Perilaku konsumtif menggambarkan suatu tidakan yag
tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan
pemborosan dan efisiensi biaya (Zebua dan Nurdjayanti dalam Kiliwatisia, 2003).
Subiyakto (1998) menambahkan
juga, perilaku konsumtif adalah keseringan konsumen membeli suatu barang atau
produk demi sebuah pengakuan, di mana secara nyata produk tersebut tidak
dibutuhkan.
Sedangkan menurut Achir (dalam Utami, 2008) perilaku konsumtif didefinisikan
sebagai perilaku yang mementingkan faktor keinginan sebagai usaha untuk
mendapatkan penghargaan dari lingkungan. Dalam sumber yang sama Hermanto juga menambahkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku
membeli sesuatu yang bukan prioritas utama saat
pembelian dan membeli sesuatu tanpa ada pemikiran lebih lanjut tentang
manfaatnya.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku
konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukkan dengan mengkonsumsi barang
atau produk yang tidak berdasarkan kebutuhan tetapi keinginan semata tanpa mempertimbangan
rasional.
2.2.2 Pengertian Komunitas Hijabi Madura
Komunitas hijabers adalah komunitas jilbab
kontemporer yang terdiri atas sekumpulan orang yang ingin terlihat sama sama
dalam bergaya dan berbusana, komunitas
ini dikenal mampu mengembangkan trend baru berjilbab bagi wanita muslim Indonesia, yang dengan begitu akan membantu manusia atau anggota mendapatkan
identitas diri secara bersama meskipun budaya yang dianut didalamnya bukan lagi
budaya murni pribadi melainkan telah terasimilasi oleh budaya yang dianut oleh
komunitas tersebut (Hardiyanti, 2012). Para anggotanya selalu menampilkan gaya
berbusana yang jauh dari kesan kuno dan tidak keren. Dari komunitas ini juga,
muncul gaya berjilbab unik dengan teknik pemakaian yang terkesan sulit.
Menariknya, semakin unik gaya tersebut, semakin banyak yang suka. Sebab, gaya
jilbab yang berbeda dari yang lain dianggap dapat menjadi pusat perhatian dan
meningkatkan rasa percaya diri. Dalam hal ini adalah
komunitas Hijabi Madura yaitu komunitas hijabers yang ada di kabupaten
Pamekasan dengan jumlah anggota sebanyak 157 dengan rincian sebagaimana
terlampir (sumber : Sekretaris Hijabi Madura)
2.2.3 Pengertian
Perilaku Konsumtif pada Komunitas Hijabi Madura
Berdasarkan uraian
pengertian di atas, dapat simpulkan bahwa perilaku konsumtif pada komunitas
Hijabi Madura yaitu perilaku mengkonsumsi barang yang dilakukan oleh komunitas hijabers
secara berlebihan yang sebenarnya barang tersebut kurang diperlukan untuk
memperoleh kesenangan meskipun hanya bersifat semu, serta bersifat kompulsif
dan tidak rasional sehingga menimbulkan pemborosan.
2.2.4 Indikator
Perilaku Konsumtif
Mahdalena, (dalam Utami 2008) mengatakan bahwa ada tiga ciri yang
Menandai konsumtifisme, yaitu :
a.
Pola komsumsi yang berlebihan
Kecenderungan
manusia untuk mengkonsumsi barang tanpa batas (berfoya-foya) dan lebih mementingkan
faktor keinginan.
b.
Pemborosan
Kecenderungan manusia
yang bersifat materialistik dan ahsrat yang besar untuk memiliki benda-benda
tanpa memperhatikan kebutuhannya.
c.
Kepuasan semu
Kepuasan yang
seharusnya dapat ditunda menjadi kepuasan yang harus segera dipenuhi dan
sifatnya semu.
Sikap konsumtif juga dapat menyebabkan
seseorang selalu merasa tidak puas, hal ini mengakibatkan adanya sikap untuk
bersaing dalam penampilan seseorang seperti sepatu, pakaian, gaya rambut dan
barang-barang mewah lainnya (Mahdalena 1998).
Berdasarakan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa indikator perilaku konsumtif meliputi pola konsumsi yang
berlebihan, pemborosan dan kepuasan semu.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mempengaruhi
Perilaku Konsumtif pada Komunitas Hijabers
Ada dua faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumtif (Swastha dan Handoyo, 1987).
1.
Faktor eksternal
Perilaku konsumen
di pengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang dilahirkan dan berbesarkan.
Artinya konsumen yang berasal dari lingkungan yang berbeda akan memiliki
penilaian, kebutuhan dan selera yang berbeda.
Variabel yang
termasuk dalam faktor ekstern yang turut mempengaruhi perilaku konsumtif adalah
kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, referensi dan keluarga.
a.
Kebudayaan
Perilaku manusia
sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya. Pengaruh dari kebudayaan itu
akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan perilaku manusia
cenderung untuk menyerap kebudayaan.
b.
Kelas sosial
Masyarakat dapat dikelompokkan dalam tiga kelas golongan,
yaitu golongan atas yang meliputi pengusaha kaya, pejabat tinggi, golongan atas
yang meliputi pengusaha kaya, pejabat tinggi, golongan menengah yang meliputi
karyawan instansi pemerintah dna pengusaha menengah, dan golongan bawah yang
meliputi buruh pabrik. Pada umumnya golongan bawah akan menggunakan sejumlah
uangnya dengan cermat bila disbanding dengan mereka yang bersala dari golongan
atas. Dalam memilih barang, orang yang berasal dari golongan atas akan
cenderung berbelanja dan memilih yang terbaik.
c.
Kelompok sosial
Manusia
sejak lahir mempunyai keinginan sehingga di dalam masyarakat hidup berkelompok,
yaitu keingianan untuk menjadi satu dengan lingkungannya dana berinteraksi
dengan manusia lain.
d.
Referensi keluarga
Keluarga menjadi
sangat penting dalam perilaku konsumtif, karena keluarga adalah unit pemakaian
dalam konsumsi untuk banyak produk. Selain itu keluarga juga merupakan tempat
terciptanya sikap perilaku individu. Peran setiap anggota anggota keluarga
dalam membeli berbeda-beda menurut macam barang yang dibelinya dan selera
masing-masing. Dalam konteks tersebut anggota keluarga dapat memebrikan
pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumtif.
2. Faktor internal
Variabel yang
termasuk dalam faktor intern dan yang ikut mempengaruhi perilaku konsumtif
adalah motivasi, disiplin diri, pengamatan, belajar, pengetahuan, kepribadian,
konsep diri, gaya hidup dan sikap.
a.
Pengamatan
Pengamatan
merupakan proses di mana konsumen menyadari dan menginterpretasikan aspek
lingkungannya. Pengamatan ini diperoleh dari semua perbuatan dari masa lalu
yang dipelajari. Hasil dari pengamatan individu akan membentuk pandangan
tertentu terhadap suatu produk.
b.
Belajar
Proses belajar
menggambarkan perubahan dalam perilaku individu yang bersumber dari pengalaman.
Proses pembelian pada konsumen merupakan proses belajar dan itu terjadi bila
konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan. Bila konsumen dan puas
akan produk yang telah di belinya, maka ia akan cenderung menggunakannya lagi.
Bila konsumen merasa tidak puas terhadap produk yang telah dibelinya maka ia
tidak akan membelinya lagi.
c.
Disiplin diri
Disiplin diri adalah
kesangggupan menguasai diri secara teratur. Selain itu disiplin diri sama
dengan berpegang teguh pada aturan yang konsekuen (Sobur dalam 2009). Berkaitan dengan kecenderungan perilaku konsumtif,
maka individu membeli sesuatu untuk mementingkan keinginannya dan tidak ada
lagi control sehingga mudah terpengaruh rangsangan dari luar.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan konsumen
terdiri dari informasi yang tersimpan dalam ingatan. Informasi yang dimiliki
oleh konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelinya.
e.
Konsep diri
Konsep diri
adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik,
sosial, dan psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita
dengan orang lain (Sobur, 2009). Konsep diri yang berbeda pada setiap orang
menyebabkan pandanan seseorang dalam membeli produk berbeda.
f.
Gaya hidup
Gaya hidup
didefinisikan sebagai pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam
psikografiknya. Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan
yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda.
g.
Sikap
Sikap adalah kecenderungan
yang dipelajari untuk berkreasi terhadap penawaran produk secara konsekuen.
Sikap membeli dimiliki konsumen berdasar pengalaman dalam membeli yang berupa
sikap positif atay negatif terhadap produk tertentu.
h.
Motivasi
Motivasi adalah daya gerak yang mencakup
dorongan, alasan. Kemauan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan seseorang tersebut berbuat sesuatu. Motivasi seseorang dalam
membeli sesuatu adalah untuk memuaskan dorongan kebutuhan dan keinginan
individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.
Berdasarkan urain
di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada
komunitas hijabers yaitu : faktor ekstern atau lingkungan dan faktor
intern. Faktor ekstern terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial,
referensi dan keluarga. Faktor intern terdiri dari motivasi, disiplin diri,
pengamatan, belajar, pengetahuan, kepribadian, konsep diri, gaya hidup dan
sikap.
2.2.6 Objek Perilaku Konsumtif
Ardaninggar (1995) mengatakan bahwa objek yang menjadi sasaran remaja
untuk dikonsumsi adalah :
a.
Kosmetik
Merupakan barang yang banyak
dipakai oleh perempuan karena kosmetik berguna merawat tubuh dan menambah daya
tarik.
b.
Pakaian, sepatu, tas dan perhiasan
Perkembangan mode pakaian yang
maju menyebabkan adanya berbagai motif dan bahan yang dipakai untuk model
pakaian. Akibatnya semakin bertambah pula model sepatu, tas, dan perhiasan
sebagai pelengkap pakaian.
Pengertian pakaian di dalam KBBI (2008) adalah barang
yang dipakai meliputi : baju, kerudung, rok, sepatu, tas dan semacamnya,
sehingga dapat diartikan bahwa pakaian itu tidak hanya baju yang dipakai.
2.3 Hubungan Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku
Konsumtif pada Komunitas Hijabi Madura
Faktor gaya hidup menyebabkan
komunitas hijabers berusaha menjaga penampilan dengan tetap mengikuti trend
yang ada, yaitu dengan cara selalu membeli barang-barang yang sedang menjadi
mode saat ini seperti pakaian yang meliputi baju, kerudung, sepatu, tas, dan
fasilitas kemudahan hidup seperti HP. Barang-barang tersebut dengan model
terbaru sesuai dengan mode yang sedang berkembang. Hal tersebut kemudian
disebut perilaku konsumtif.
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwasanya perilaku konsumtif biasa dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu ekstern yang terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, referensi
dan keluarga, dan intern yang terdiri dari motivasi, disiplin diri, pengamatan,
belajar, pengetahuan, kepribadian, konsep diri, gaya hidup dan sikap. Ada juga
yang berpendapat bahwa perilaku konsumtif dihubungkan dengan gaya hidup, hal itu berdasarkan pendapat
Engel dkk (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) yang menyatakan bahwa gaya hidup
merupakan refleksi dari aktivitas, minat dan opini seseorang.
Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta
uang. Seseorang yang berpenghasilan besar akan dengan mudah mengalokasikan
uangnya untuk kesenangan dan kemewahan tanpa memikirkan nominal yang akan
dikeluarkan. Gaya hidup hedonis adalah adalah gaya hidup yang menjadikan
kebahagiaan sebagai tujuan (Kunto, 1999).
Kehidupan mewah dan glamour cenderung berlebihan merupakan indikasi
perilaku konsumtif. Pembelian barang tidak lagi didasarkan pada kebutuhan
tetapi pada taraf keinginan yang berlebihan dan dapat dikatakan sebagai gaya
hidup hedonis. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardiyanti (2012) dalam
penelitiannya bahwa komunitas hijabers cenderung menghabiskan waktu
luang mereka di tempat santai,dan berprestise tinggi, gaya hidup mereka masuk
dalam kategori menengah ke atas sehingga dapat membentuk identitas komunitas hijabers
sebagai komunitas yang ekslusf dan konsumtif.
Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa perilaku konsumtif pada komunitas hijabers disebabkan oleh gaya
hidup hedonis.
2.4 Kerangka Konseptual
Eksistensi hijabers kini mampu
merubah pola pikir kaum perempuan dalam berjilbab, pada mulanya mereka hanya
menggunakan jilbab secara sederhana dan mengikuti perintah untuk berhijab
seperti yang tertera dalam Al Qur-an surat An-Nur : 31 bahwasanya mereka wajib
menutup aurat dengan berkerudung serta menutup dada dan bagian tubuh lainnya.
Namun seiring perkembangan zaman, kini jilbab atau hijab mengalami pergeseran
makna, hijab yang mereka gunakan tidak lagi sesederhana konsep hijab pada
awalnya akan tetapi mereka berhasil merubah cara berhijab yang lebih modis dan trendy
yang dilengkapi dengan asesoris jilbab seperti bros yang beraneka bentuk.
Lambat laun muncullah komunitas hijabers.
Kemunculan mereka semakin eksis bersamaan dengan perkembangan trend dan mode,
sehingga perkembangan tersebut berperan dalam terbentuknya perilaku konsumtif
pada diri komunitas yang dapat diamati dari adanya tiga indikator yaitu pola
konsumsi yang berlebihan, kepuasan semu, dan pemborosan (Mahdalena dalam Utami, 2008).
Perilaku
konsumtif tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu ekstern dan intern. Salah
satu faktor intern yang ada terdapat gaya hidup, dari hidup tersebut juga
memunculkan yang namanya gaya hidup hedonis dengan beberapa indikator yaitu suka
mecari perhatian, cenderung impulsive, kurang rasional, cenderung follower, mudah dipengaruhi, santai dan
boros (Kunto, 1999).
Di bawah adalah
gambaran kerangka konseptual dalam penelitian ini:
Gambar 2.1 Kerangka
Konseptual
2.5
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban
sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan
teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011)
Berdasarkan pada rumusan masalah
dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sementara, yaitu : Terdapat hubungan positif antara gaya hidup
hedonis dengan perilaku konsumtif pada komunitas Hijabi Madura, semakin tinggi
gaya hidup hedonis maka semakin tingggi perilaku konsumtif pada komunitas Hijabi
Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar